2008-12-18

Pengumuman Hasil Sertifikasi Guru LPTK Fak. Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin Tahun 2008

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Berikut kami sampaikan pengumuman hasil penilaian portofolio sertifikasi guru agama oleh LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin.

Untuk Provinsi Kalimantan Tengah silahkan mendownload file di bawah ini:
download

Untuk Provinsi Kalimantan Timur silahkan mendownload file di bawah ini:
download

Read More......

2008-07-04

Aplikasi Otomasi Perpustakaan Berbasiskan Web

Oleh :
Arif Rifai Dwiyanto, ST
Knowledge Management Research Group
Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Aplikasi berbasis web tumbuh seiring dengan berkembangnya teknologi Internet. Telah banyak aplikasi yang dibangun berbasiskan web, baik aplikasi CRM, ERP, GIS, dll, yang sebelumnya telah dikembangkan secara matang dalam platform lain.
Web yang pada awalnya didesain untuk menampilkan informasi (halaman HTML). Sekarang telah dikembangkan menjadi basis untuk aplikasi. Hal ini didorong dengan semakin banyak tersedianya pendukung pengembangan aplikasi berbasis web, baik dari sisi server maupun alat bantu pengembangannya (development tools). Namun, tujuan awal web untuk menampilkan informasi hypertext dengan protokol-protokol dibawahnya sedikit banyak mempengaruhi aplikasi yang dibangun diatas web.
Makalah ini coba membahas pengembangan aplikasi otomasi perpustakaan berbasis web, kekurangan dan kelebihannya, kemungkinan pengembangan kedepan serta usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mewujudkannya.

Kata kunci: Otomasi perpustakaan, Internet, Aplikasi berbasis web.
Selengkapnya silakan download disini download

Read More......

2008-07-03

Digital Library

From IndonesiaDLN

oleh Winy Purtini (e.winet@gmail.com)

Digital Library Federation di Amerika Serikat memberikan definisi perpustakaan digital sebagai organisasi-organisasi yang menyediakan sumber-sumber, termasuk staff dengan keahlian khusus, untuk menyeleksi, menyusun, menginterpretasi, memberikan akses intelektual, mendistribusikan, melestarikan, dan menjamin keberadaan koleksi karya-karya digital sepanjang waktu sehingga koleksi tersebut dapat digunakan oleh komunitas masyarakat tertentu atau masyarakat terpilih, secara ekonomis dan mudah.
“Digital libraries are organizations that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital woks so that they are readily and economically available for use by a defined community or set of communities.”
Berdasarkan International Conference of Digital Library 2004,konsep Perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapat, menyimpan, memformat, menelusur atau mendapatkan kembali, dan mereproduksi informasi nonteks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan informasi secara elektronik dan memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan tinggi.
Sejarah Pengembangan Perpustakaan Digital
________________________________________
Gagasan yang muncul pertama kali sebagai dasar konsep perpustakaan digital muncul pada bulan Juli tahun 1945 oleh Vannevar Bush. Beliau mengeluhkan penyimpanan informasi manual yang menghambat akses terhadap penelitian yang sudah dipublikasikan. Untuk itu, Bush mengajukan ide untuk membuat catatan dan perpustakaan pribadi (untuk buku, rekaman/dokumentasi, dan komunikasi) yang termekanisasi.
Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses terhadap koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan pihak-pihak lain, tetapi teknologi yang ada belum cukup menunjang.
Pada awal 1980-an fungsi-fungsi perpustakaan telah diotomasi melalui perangkat komputer, namun hanya pada lembaga-lembaga besar mengingat biaya investasi yang tinggi. Misalnya pada Library of Congress di Amerika yang telah mengimplementasikan sistem tampilan dokumen elektronik (electronic document imaging systems) untuk kepentingan penelitian dan operasional perpustakaan.Dari sudut pandang pengguna, komputer bukanlah bagian dari fasilitas manajemen perpustakaan melainkan hanya pelayanan untuk digunakan staf perpustakaan.
Pada awal 1990-an hampir seluruh fungsi perpustakaan ditunjang dengan otomasi dalam jumlah dan cara tertentu. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pembuatan katalog, sirkulasi, peminjaman antar perpustakaan, pengelolaan jurnal, penambahan koleksi, kontrol keuangan, manajemen koleksi yang sudah ada, dan data pengguna. Dalam periode ini komunikasi data secara elektronik dari satu perpustakaan ke perpustakaan lainnya semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1994, Library of Congress mengeluarkan rancangan National Digital Library dengan menggunakan tampilan dokumen elektronik, penyimpanan dan penelusuran teks secara elektronik, dan teknologi lainnya terhadap koleksi cetak dan non-cetak tertentu. Selanjutnya pada September 1995, enam universitas di Amerika diberi dana untuk melakukan proyek penelitian perpustakaan digital. Penelitian yang didanai NSF/ARPA/NASA ini melibatkan peneliti dari berbagai bidang, organisasi penerbit dan percetakan, perpustakaan-perpustakaan, dan pemerintah Amerika sendiri. Proyek ini cukup berhasil dan menjadi dasar penelitian perpustakaan digital di dunia.
• Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Perpustakaan
Perpustakaan sebagai salah satu penyedia informasi yang sangat penting kedudukannya dalam dunia informasi dan pendidikan harus dapat menjawab tantangan di era informasi ini. Tantangan tersebut adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat, tepat, dan global.
Untuk menjawab tantangan tersebut, perpustakaan pun melakukan perubahan-perubahan. Perubahan pertama yang dilakukan adalah mekanisasi. Mekanisasi pertama dilakukan dalam sistem administrasi khususnya katalog. Namun katalog ini bukanlah katalog yang kita kenal sebagai OPAC (Online Public Access Catalogue). Katalog ini hanya berupa daftar koleksi dan sumber perpustakaan tanpa terhubung dengan catatan peminjaman atau sumber eksternal.
Perubahan selanjutnya adalah mengintegrasikan fungsi komputer lebih jauh. Komputer selain berfungsi sebagai katalog elektronik, juga berfungsi untuk menampilkan perkembangan aktivitas peminjaman sehingga pustakawan dapat mengamati aktivitas peminjam secara detail guna memenuhi kebutuhan pengguna.
Kemudian perpustakaan mengadopsi otomasi yang merupakan buah dari pesatnya perkembangan teknologi komputer dan network pada masa 1980-an hingga 1990-an. Selain otomasi perpustakaan internal, teknologi komputer juga digunakan untuk komunikasi antar perpustakaan secara terbatas karena faktor biaya.
Perkembangan selanjutnya adalah penggunaan Electronic Data Interchange (EDI). EDI adalah pertukaran informasi bisnis antar komputer yang menggunakan format standar tertentu. Penggunaan EDI pada perpustakaan sama banyaknya dengan penggunaan EDI dalam dunia bisnis. EDI memungkinkan untuk berbagi data secara lebih luas dalam bentuk peminjaman antar perpustakaan, surat elektronik, pemesanan pinjaman secara elektronik, dan penyajian dokumen secara elektronik.
Tidak ada satu perpustakaan pun yang menyimpan seluruh informasi/terbitan, tapi pustakawan tetap harus berperan dalam menyediakan akses demi mendapat informasi yang lengkap. Salah satu caranya adalah dengan peminjaman antar perpustakaan. Dan sekarang ini lebih banyak perpustakaan yang melakukan kerjasama melalui jalur elektronik untuk mendapat keuntungan bersama. Konsep perpustakaan pun berubah dari user oriented menjadi user satisfaction oriented, kecenderungan untuk memberikan kepuasan pengguna lebih diutamakan.
• Motif-motif yang Mendasari Pengembangan Perpustakaan Digital
1. Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.
2. Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin dilakukan.
3. Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.
4. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan lain-lain.
5. Untuk mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal.
Definisi perpustakaan digital
________________________________________
Ada banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat para ahli atau beberapa lembaga. Di atas telah dicantumkan salah satunya yaitu, definisi yang dibuat oleh Digital Library Federation. Berikut beberapa definisi yang dirumuskan oleh lembaga/orang lain.
The Digital Library Initiatives menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama memberi koleksi, pelayanan, dan manusia untuk menunjang kreasi, diseminasi, penggunaan, dan pelestarian data, informasi, dan pengetahuan.
William Saffady mendefinisikan perpustakaan digital secara luas sebagai koleksi informasi yang dapat diproses melalui komputer atau repositori untuk informasi-informasi semacam itu.
John Millard mendefinisikannya sebagai perpustakaan yang berbeda dari sistem penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis media, menyediakan pelayanan dan fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam siklus informasi, dari pembuatan hingga penggunaan. Perpustakaan digital bisa dianggap sebagai institusi informasi dalam bentuk baru atau sebagai perluasan dari pelayanan perpustakaan yang sudah ada.
T.B. Rajashekar mendefinisikannya sebagai koleksi informasi yang dikelola, yang memiliki pelayanan terkait, yang informasinya disimpan dalam format digital dan dapat diakses melalui jaringan.
James Billington, pustakawan Library of Congress, dalam Rogers (1994), melukiskan perpustakaan digital sebagai sebuah koalisi dari institusi-institusi yang mengumpulkan koleksi-koleksinya yang khas secara elektronik.
Drobnik dan Monch (dalam Nugroho, 2000) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sekumpulan dokumen elektronik yang diorganisasikan agar mudah ditemukan ulang dan dibaca.
Association of Research Libraries (ARL), 1995, mendefinisikan perpustakaan digital sebagai berikut:
1. Perpustakaan digital bukanlah kesatuan tunggal.
2. Perpustakaan digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya.
3. Hubungan antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai bersifat transparan.
4. Akses universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu tujuan.
5. Koleksi-koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format tercetak.
Komariah Kartasasmita mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung pemakai yang membutuhkan obyek informasi tersebut melalui perangkat digital atau elektronik.
Romi Satria Wahono mendefinisikan perpustakaan digital sebagai suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan digital memiliki pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic library) dan perpustakaan maya (virtual library)
Sedangkan Perez dan Enrech berpendapat bahwa definisi yang tepat dari perpustakaan maya (virtual library) diadaptasi dari visi sebagai berikut: akses jarak jauh dari titik manapun di dunia ini menuju isi perpustakaan dan segala jenis informasi, dengan menggunakan komputer.
Dari definisi-definisi di atas dapat diambil sintesa bahwa perpustakaan digital adalah organisasi atau lingkungan yang mengelola koleksi informasi berupa tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan memberikan pelayanan kepada pengguna melalui jaringan internet.

Tujuan Perpustakaan Digital
________________________________________
Sebagaimana yang diharapkan pada gagasan awal, perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Tujuan perpustakaan digital menurut Association of Research Libraries (ARL), 1995, adalah sebagai berikut:
• Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
• Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor.
• Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
• Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan.
• Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
• Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.

Peran Perpustakaan Digital
________________________________________
Ismail Fahmi menjelaskan bahwa perpustakaan digital berperan sebagai penyedia informasi, penyedia layanan informasi, atau pengguna informasi dengan memanfaatkan jaringan dan teknologi digital. Namun bagaimana koleksi digital itu dimanfaatkan, sangat tergantung dari bagaimana informasi tersebut dibuat, diorganisasikan, dan disajikan.
Selain itu perpustakaan digital bukan hanya berkenaan dengan manajemen pengetahuan (knowledge management) dan informasi. Arlinah Raharjo menjelaskan bahwa perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi mulai diharapkan untuk menjalankan peranan yang lebih sebagai pendamping dalam proses pendidikan seumur hidup. Tantangan bagi pustakawan adalah untuk memahami dan menentukan posisinya dalam proses perubahan dan beralih dari pemikiran perpustakaan sebagai ruang fisik semata ke suatu kenyataan baru perpustakaan sebagai organisasi yang harus mengembangkan jenis layanan informasi digital.

Masalah dan Isu-Isu mengenai Perpustakaan Digital
________________________________________
Pengembangan perpustakaan digital bukan tidak mengalami hambatan. Ada beberapa hal yang menjadi bahan perhatian, yaitu:
1. Kemampuan dan penentuan biaya. Seperti halnya dengan inovasi lain yang membutuhkan suatu investasi, begitu pun perpustakaan digital. Apalagi infrastruktur komputer masih membutuhkan biaya yang besar.
2. Masalah hak cipta yang terbagi dua: hak cipta pada dokumen yang didigitalkan dan hak cipta pada dokumen di communication network. Di dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas.
3. Masalah mendigitalkan dokumen. Yaitu bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis penyimpanan digital dokumen, baik berupa full text maupun page image.
4. Masalah penarikan biaya. Hal ini menjadi masalah terutama untuk perpustakaan digital swasta yang menarik biaya atas setiap dokumen yang diakses. Penelitian di bidang ini banyak mengarah ke pembuatan sistem deteksi pengaksesan dokumen atau pun upaya mewujudkan electronic money.

Read More......

2008-07-01

ETIKA PROFESI PUSTAKAWAN

Oleh :
Suyoto, SH. SIP
Pustakawan Muda Universitas Lampung

1. Pengertian Etika
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, ilmu tentang hak dan kewajiban moral (ahklak).
Begitu juga seperti yang telah dikemukakan oleh Franz Von Magnis (1976), etika adalah ilmu tentang kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk atau disebut bidang moral.
Sifat dasar dari etika adalah bersifat kritis, sedangkan etika bertugas untuk mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku. Dengan demikian etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan rasional untuk membentuk pendapatnya sendiri. Obyek dari etika adalah pernyataan moral tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsure pribadi manusia, seperti; motip-motip, maksud dan waktunya. Pernyataan tidak bersifat moral tetapi penting dalam tindakan meliputi; peeyataan kewajiban, misalnya betul, salah atau wajib. ( mencuri itu salah, engkau harus mengembalikan uang itu). Pernyataan itu merupakan suatu tindakan tertentu sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma moral.
Penilaian moral; orang-orang, kelompok, dinilai baik, buruk, jahat, suci, memalukan, tanggung jawab, pantas ditegur.
Penilaian-penilaian bukan moral; apa Baja yang dapat dinilai, misalnya mangga itu enak, anak itu sehat, dll.
Pustakawanan sebagai suatu profesi, berarti secara moral ia harus dapat bertanggung jawab terhadap segala tindakannya baik terhadap sesama profesi pustakawan, terhadap organisasi dan terhadap dirinya sendiri. Pustakawan mempunyai kewajiban untuk melakukan suatu tindakan sesuai profesinya dan ia harus dapat menghindari tindakan-tindakan yang buruk, salah, yang bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat.

Selengkapnya silahkan download disini download

Read More......

2008-06-30

POTENSI PERPUSTAKAAN DALAM MENGHADAPI KRISIS BUDAYA BACA

Oleh:
Wahyudi, 05130003
(Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan & Informasi Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

PENDAHULUAN
Tiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Melalui peingatan itu diharapkan masyarakat menjadi gemar membaca, khususnya anak-anak Sekolah Dasar (SD); sebab membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran. Sejak tahun 1995 sampai sekarang, media massa selalu memuat berita mengenai minat membaca masyarakat, terutama minat membaca anak-anak SD. Tulisan di surat kabar dan tayangan iklan layanan masyarakat di televisi pada intinya menyuarakan kepihatinan terhadap minat membaca anak-anak yang masih rendah. Padahal masalah minat membaca merupakan persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya (Wigfield dan Guthrie, 1997). Membaca merupakan unsur penting dalam pendidikan, baik bersifat formal maupun nonformal. Kemampuan baca yang diperoleh di tingkat formal harus tetap dijaga, dan ditingkatkan esensinya melalui berbagai upaya yang melibatkan peranan keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Agar dapat dicapai hasil yang optimal maka upaya ini harus dilaksanakan secara serentak dan terpadu yang merupakan tanggung jawab kita bersama sehingga terwujud suatu masyarakat berbudaya baca seperti yang kita harapkan bersama

Dalam pasal 11 UU Sisdiknas secara tegas disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi”. Dan salah satu bentuk layanan serta kemudahan tersebut adalah layanan kepustakaan. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, posisi buku dan perpustakaan menjadi sangat strategis terutama dalam proses pendidikan nasional. Secara jelas dirumuskan, dalam UU No 20/2003 tentang sisdiknas, bahwa pendidikan diselenggarakan dengan. mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi setiap warga Negara.

Dalam hal ini buku dan perpustakaan menjadi sangat penting untuk melayani kebutuhan manusia dalam belajar dan membaca sebagai budaya bangsa.. Keberadaan perpustakaan sangat bermanfaat bagi pemikiran, tetapi kebanyakan selalu terbentur akusisi, penyimpangan dan penanganan dokumen dan berkas-berkas yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pada umumnya hambatan muncul dari pemakaian tekhnologi sebagai sarana untuk penyediaan layanan. Adanya perubahan pamakaian tehknologi sangat berpengaruh pada metode akusisi penyimpanan, pengiriman, serta prosedur penelusuran. Hal itu merupakan konsekuensi logis bagi pelayanan perpustakaan. Oleh karena itu, upaya perbaikan teknologi yang dilakukan terus menerus menjadi sangat penting untuk dilanjutkan.

Perpuatakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan dan sumber-sumber informasi, sudah di sadari oleh semua kalangan, namun fungsi perpustakaan sebagai inspriting (mengamati) dan lighting (menerangi) mungkin belum optimal. Disamping itu juga peran perpustakaan bagi upaya mencerdaskan bangsa belum begitu terasa karena berbagai faktor, antara lain:

1. Pengelolaan(memakmurkan perpustakaan) masih dianggap bahwa itu adalah tanggung jawab pengelola, padahal banyak sector atau bidang lain yang sangat terkait dalam upaya mengoptimalkan peran perpustakaan sebagai salah satu sumber pembelajaran, sehingga kerjasama multi sektor untuk pengembangan pendidikan atau perpustakaan sangat dibutuhkan.

2. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru dianggap sangat cukup, sehingga siswa maupun masyarakat tidak begitu membutuhkan perpustakaan sebagai sumber informasi.

3. Negara belum mampu memberikan penghargaan bagi karya putra putri bangsa melalui penelitian, pencipta, peneliti yang sseharusnya dapat menikmati hasil karyanya secara pantas.

Perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi mempunyai akses strategis dalam mendukung kerberhasilan pendidikan dan pembelajaran masyarakat dalam upaya mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peran dan fungsi penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan sekaligus sebagai upaya peningkatan kualitaas Sumber Daya Manusia.

Agar dapat berperan baik bagi pengguna jasa, perpustakaan perlu melakukan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan, antara lain yang mencerminkan exsistensi dan keberadaan perpuastakaan adalah koleksi dan layanan. Ketersediaan koleksi dan layanan yang baik akan memberikan kesan kepuasan terhadap pengguna perpustakaan. Sehingga akan terbangun citra baik pula. Keberadaan perpustakaan akan sangat terkait dengan pemakai,. Untuk itu dalam pengelolaannya harus berorintasi pada kepuasan pemakai.

Buku dan bahan pustaka lainnya merupakan sarana penunjang yang sangat penting. Dalam proses pendidikan baik formal,. Nonformal maupun informal. Kegiatan belajar belajar mengajar tidak akan lepas dari tersedianya sarana penunjang tersebut. Seiring dengan perkembangan IPTEK, kebutuhan akan tersedianya berbagai informasi semakin banyak pula berbagai kebutuhan informasi tersebut diharapkan akan dapat kita peroleh dari perpustakaaan. Oleh karena itu koleksi perpustakaan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Pemakainya agar dapat berfungsi efektif dalam mendukung keberhasilan pendidikan.

Dalam upaya meningkatkan minat baca sebagai proses pembelajaran, diikuti dengan Bulan Gemar membaca dan Hari Kunjungan Perpustakaan pada bulan September sebagai komponen dari dunia pendidikan, pustakawan menempati peran dan posisi strategi dalam upaya tersebut, karena berhadapan langsung dengan (masyarakat) pengguna yang ada di perpustakaan. Kehadiran pengguna jasa iuformasi di perpustakaan memang secara mutlak belum dapat dijadikan parameter tinggi rendahnya minat baca. Namun pustakawan justru berada pada titik terlemah dalam mata rantai pendidikan nasional dewasa ini. Pustakawan berada pada situasi ketidak berdayaan lingkungan sosialnya.

Dalam pencanangan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan di bulan September dan Hari Kunjungan Perpustakaan. Seberapa jauh kontribusi pustakawan dalam meningkatkan minat baca pada masyarakat pernbaca. Sebenarya Problema gemar membaca berhubungan dengan semangat belajar untuk menguasai ilmu dan teknologi. Rendahnya kegemaran membaca dikalangan pengguna jasa perpuskaan menjadi penyebab lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Karena kegemaran membaca mempunyai nilai tinggi, mengasah nurani, memperkaya wawasan maka kebiasaan membaca di kalangan pengguna jasa perpustakaan harus diusahakan agar ditingkatkan.

PENUTUP

Keberadaan perpustakaan telah ada sekitar 2500 tahun sebelum Masehi. Selama perjalanan sejarahnya muncul prinsip kepustakawanan bahwa perpustakaan diciptakan dan dipelihara oleh masyarakat. Perpustakaan memiliki berbagai fungsi namun karena diciptakan dan dipelihara masyarakat, maka peranan perpustakaan dalam menghadapi perubahan sosial budaya tidaklah signifikans. Peranan perpustakaan nampak pada anggota masyarakat, bukan seluruh masyarakat. Peranan tersebut dapat dilakukan melalui perpustakaan umum, walaupun untuk Indonesia masih menghadapi berbagai kendala seperti kuragnya fasilitas, hambatan informasi namun kendala itu dapat diatasi dengan bantuan masyarakat.

Kesadaran semua pihak termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah serta sektor lain untuk menjadikan perpustakaan sebagai sarana pengembanan diri merupakan kunci sukses perpustakaan sebagai media untuk mencerdaskan bangsa dan untuk mengurangi krisis minat baca bangsa ini.

Read More......

2008-06-25

Pengumuman Penerimaan Mahasiswa Diploma 3 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam Tahun Akademik 2008/2009

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (D 3 IPII) Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin menerima putra-putri Warga Negara Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi D 3 IPII Tahun Akademik 2008-2009.
Salah satu syarat bagi pendaftar adalah telah berijazah Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pendaftaran dilaksanakan pada hari dan jam kerja pada tanggal 09 Juni s.d. 09 Juli 2008 untuk gelombang pertama dan mulai bulan juli sampai agustus untuk gelombang kedua pada lokasi yang telah ditetapkan.
Formulir Pendaftaran beserta keterangan selengkapnya dapat dibaca dalam
lampiran pengumuman di bawah ini:

Brosur Penerimaan Mahasiswa Baru D3 IPII download disini

Read More......

2008-06-23

Dr. H. Syaifuddin Sabda, M.Ag: Dekan Fakultas Tarbiyah Periode 2008 -2012


Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin kembali mengadakan pemilihan Dekan untuk periode 2008-2012. Bertempat di ruang munaqasyah Fakultas Tarbiyah pada hari Kamis, 19 Juni 2008, sidang senat tertutup Fakultas Tarbiyah yang beranggotakan 22 orang memilih salah satu calon dari 3 (tiga) calon Dekan yakni: 1)Dr. H. Syaifuddin Sabda, M.Ag, 2) Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag, dan 3)Dr. H. Ahmad Khairuddin.
Dari hasil perhitungan suara calon no. 1 mendapatkan 15 suara, calon no. 2 mendapatkan 2 suara dan calon no. 3 mendapatkan 4 suara. Dari hasil tersebut Dr.H. Syaifuddin Sabda, M.Ag terpilih sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin Periode 2008-2012 untuk yang kedua kalinya.
Selamat dan sukses kepada Dekan yang terpilih semoga Fakultas Tarbiyah menjadi pusat pengembangan pendidikan Islam terkemuka di Indonesia di bawah kepemimpinan beliau.Amien.

Read More......
 
©  free template by Blogspot tutorial