2009-06-16

SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh: Drs. Yahya Mof, M.Pd
Ketua Prodi D3 IPII Fak. Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin


Makalah ringkas ini mencoba menyemangati Bapak/Ibu guru yang sampai hari ini masih berstatus sebagai seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Pada makalah ini penulis menyajikan beberapa gagasan tentang berbagai upaya peningkatan profesionalisme guru. Ada beberapa hal yang mendapatkan sorotan dan menjadi isu utama yaitu mengenai perkembangan profesi guru, permasalahan guru di Indonesia, kompetensi penting profesi guru dan upaya-upaya guru meningkatkan profesionalisme.

1. Perkembangan Profesi Keguruan
Guru (dalam bahasa Jawa) adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh siswanya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua siswanya. Seorang guru juga harus ditiru artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua siswanya ( mulai dari cara berpikir, cara bicara dan cara guru berprilaku sehari-hari). Dari sinilah sebenarnya sosok seorang guru memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi para siswa.

Profesi guru adalah termasuk profesi yang tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat. Pada zaman prasejarah proses pembelajaran berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga. Kemudian pada zaman Yunani dan Romawi Kuno pembelajaran one-to-one untuk kelompok elit masyarakat dilakukan oleh tutor. Hal ini terus berkembang pada pendidikan keagamaan di gereja.

Selanjutnya sistem persekolahan mulai berkembang pada zaman Koloni Amerika (1600-1800). dan sistem klasikal untuk masyarakat urban berkembang pada abad 19. Pada abad ke 20 (1900-1999) sekolah berkembang dalam sistem klasikal yang dilengkapi dengan berbagai media dan pemanfaatan teknologi. Perkembangan selaniutnva. terjadi perubahan konsepsi dari kelas dalam pengertian ruangan yang dibatasi empat dinding menuju kelas yang tanpa batas dan bersifat maya (virtual). Pada abad ke 21 sekarang dan seterusnya dapat dipastikan akan ada perubahan mengenai sistem persekolahan. yang secara pelan namun pasti mengarah kepada virtual school. Semua terjadi berkat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.

Sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan tersebut di atas, maka dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting selain kumponen lainnya. Selain itu profesi guru juga telah dan terus mengalami perubahan. Profesi guru di abad 21 ini dianggap sebagai unsur yang paling penting karena guru dituntut mampu memahami, mendalami dan dituntut berkemampuan melaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dari sini diskursus tentang guru menjadi sangat relevan, apalagi jika dihubungkan dengan kondisi bangsa kita yang mengalami krisis multi deminsional. Menurut Prof. Dr. Ainurrafiq Dawam, MA beliau mengatakan bahwa guru dan dosen dianggap oleh sebagian pengamat pendidikan sebagai orang yang bertanggung jawab besar terhadap kegagalan pendidikan Nasional yang ternyata hanya mampu menghasilkan alumni yang korup, suka bertengkar dan mata duitan. Kemudian profesi guru sangat dipengaruhi oleh pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga guru dengan kemampuan artifisialnya dapat membelajarkan siswa dalam jumlah besar, bahkan bisa melayani siswa yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Guru bukan lagi hanya mengendalikan siswa yang belajar di kelas, tetapi ia mampu membelajarkan jutaan siswa di "kelas dunia"memberi pelayanan secara individual pada waktu yang bersamaan. Sementara itu dengan bantuan teknologi juga, pembelajaran tersebut dapat dilakukan secara multiakses dan memberi layanan secara individual di mana saja dan kapan saja. Guru di masa lalu sangat mengandalkan buku teks. dan ke depan kita semua diharapkan mampu memanfaatkan hypertext.

2. Permasalahan Guru di Indonesia
Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial. Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini, terutama dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan.

Sayangnya pada beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya. mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perubahan global. Hingga kini persoalan guru belum pemah terselesaikan secara tuntas.

Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan perseberannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Kita bisa lihat realitas diperkotaan dengan populasi guru yang besar jumlahnya, sementara didaerah pinggiran kota atau dipegunungan banyak cerita guru-guru kita yang mengajar sambil berlari-lari. Hal ini terjadi karena dalam waktu yang bersamaan dia harus mengajar dan mengendalikan tiga kelas sekaligus. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.

Permasalahan guru di Indonesia tersebut baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut ikut menentukan kualitas pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah, salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan guru yang harus diperhatikan karena penghasilannya masih dibawah standar, kualifikasi pendidikan, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya.

Sebenamya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapan pun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuan nya menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di sekelingnya sebagai akibat dari keterbatasannya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.

3. Kompetensi Penting Profesi Guru
Istilah profesi guru dan profesional mengandung berbagai konotasi. Profesi sering diartikan sebagai suatu mata pencaharian (pekerjaan) untuk memperoleh nafkah, mulai dari pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian tetapi mengandalkan tenaga, seperti pemulung, kuli bangunan, dan tukang beca, sampai pekerjaan yang memerlukan pendidikan keahlian (spesialisasi), seperti perekayasaan (engineering), kedokteran, hukum, dan keperndidikan.

Profesionalitas berasal dari kata profesi (profession) yang dapat diartikan sebagai jenis pkerjaan yang khas atau pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, atau dapat juga berarti beberapa keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi, atau sebuah lembaga. Prefesional adalah seseorang yang memiliki seperangkap pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya.

Profesionalitas merupakan kepemilikan seperangkat keahlian atau kepakaran di bidang tertentu yang dilegalkan dengan sertifikat oleh lembaga. Seorang yang profesional berhak memperoleh reward yang layak dan wajar yang menjadi pendukung utama dalam merintis kariernya ke depan.

Profesional adalah cara individu melihat keluar dari dunianya. Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang mereka lakukan terhadap organisasi dan profesi yang mereka emban. Bagi pendidik, secara sederhana dapat diwujudkan dalm bentuk hasil karya ilmiah, seperti buku yang telah mereka tulis atau pembelajaran yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan. Bagi karyawan, apakah mereka telah melakukan kerja sesuai dengan prosedur organisasinya dan apakah mereka telah memberikan pelayanan serta melakukan pengarsipan dengan baik.

Castetter juga memberikan pandangan mengenai profesional ini yang diasumsikannya sebagai seseorang yang menghabiskan sebagian waktunya di dalam pembelajaran tertentu. Mereka ini merupakan individu yang memiliki lima karakteristik keterampilan, yaitu:

1. Memiliki keterampilan dasar (basic skill)
Keterampilan dasar yang dimaksud di sini adalah limu dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang memiliki kualitas profesional harus menguasai substansi bidang keahliannya. Hal ini berarti sikap profesional mengisyaratkan akan pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus menerus agar mampu menghadapai berbagai persoalan yang berkaitan dengan bidang keahliannya secara kontekstual. Adapun profil kemampuan dasar bagi seorang pendidik adalah :
a. Mengasai materi pembelajaran, baik dalam kurikulum maupun aplikasinya dalam materi pembelajaran.
b. Mampu mengelola program pembelajaran dengan merumuskan tujuan instruksional, mengguakan metode mengajar dan prosedur instruksional yang tepat, serta memahami kemampuan siswa.
c. Mampu mengelola kelas (ruang belajar) dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
d. Menggunakan media atau sumber belajar, tertutama dalam menfaatkan laboratorium dan perpustakaan dalam proses pembelajaran.
e. Menguasi landasan kependidikan, baik secara konseptual maupun praktikal.
f. Mampu mengelola interaksi dlam proses pembelajaran dan memberikan penilaian yang komprehensif kepada siswa.

2. Menguasai keterampilan khusus (spesialisasi)
Saat ini kecendrungan dunia kerja akan bertumpu pada spesialisasi. Tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus mampu bertahan dan bersaing di abad mendatang. Di masa sekarang, sangat dibutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan secara metodologis untuk menerapkan keahliannya dalam kehidupan dunia nyata dan selanjutnya mampu merancang, dan meneropong perkembangan bidang keahliannya dari waktu ke waktu.

3. Menguasai keterampilan komputer
Penggunaan komputer kini telah merambah dunia. Hampir semua sisi kehidupan umat manusia tidak terlepas dari peran komputer. Kehidupan manusia di abad mendatang akan sangat tergantung pada pelayanan komputer. Hubungan komunikasi dengan internet, multimedia, jaringan online dalam perbankan, dan dunia bisnis, semuanya menggunakan perangkat komputer, termasuk juga di dunia pendidikan. Oleh karena itu, sosok tenaga kerja yang dibutuhkan di masa ini adalah mereka yang mengerti dan menguasi komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya.

4. Menguasai keterampilan berkomunikasi dengan bahasa asing.
Berkomunikasi dengan bahasa asing, terutama dengan bahasa Inggris mutlak diperlukan di era globalisasi ini. Penguasaan bahasa asing menjadi persyaratan yang melekat pada sikap profesional karena hal ini menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan komunikasi profesional dalam mengembangkan tugasnya.

5. Menguasai keterampilan manajerial dan kepemimpinan
Kompetensi manajerial ini ditandai oleh kemampuan mengatur dan mengelola menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna. Salah satu cirinya ini adalah kemampuan menerjemahkan visi dan misi lembaga ke dalam situasi operasional. Hal ini menjadi penting kerena visi dan misi merupakan pedoman atau penentu arah kebijakan lembaga atau organisasi yang harus dengan cepat dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan praktis di lembaga yang bersangkutan.

Seorang yang profesional, di mana pun mereka berada, akan memiliki kemampuan untuk bekerja sama, saling percaya dan dapat mengatur strategi, terbuka menerima ide-ide baru, mencari, melihat dan memecahkan masalah, serta mengumpulkan dan menganalisis data, sekaligus meningkatkan kemampuan pribadi untuk menanganinya dan bukan sekedar mengikuti standar prosedur pemecahan masalah yang dipraktikkan dalam masyarakat

Profesionalisme guru dibangun melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang substansi atau mata pelajaran, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai (keperibadian) dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat.

Beranjak dari persoalan di atas, apabila pemerintah sungguh-sungguh berusaha mengembangkan profisi guru, maka yang paling penting adalah persoalan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi. peningkatan kinerja (performance) dan jangan lupa peningkatan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senatiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya.

Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan (life skills), dan nilai-nilai serta beliefs. Selain itu, guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan-kegiatan menjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklasifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi the real life dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik.
Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa sekolah berubah dari zaman ke zaman. Di masa depan sekolah akan berubah dari format kelas menjadi selolah bersama dalam satu kota, sekolah bersama dalam satu negara, bahkan bersama di dunia atau sekolah global. Berkat kemajuan teknologi informasi sekolah bersama yang diikuti oleh siswa dalam jumlah besar tersebut dapat terlaksana. Kehadiran secara fisik dalam ruangan yang di sebut kelas tidak lagi menjadi keharusan, yang menjadi keharusan adalah adanya perhatian dan aktivitas secara mandiri terhadap sesuatu persoalan yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi interaktif. Oleh karena itu sejalan dengan perubahan format belajar klasikal ke belajar bersama secara global, tapi mandiri maka dapat dipastikan bahwa peran guru juga akan berubah. Selain itu peran guru di Indonesia juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan desentralisasi dan atau otonomi pendidikan. Guru di masa depan dituntut mengusai dan mampu memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dan berubah peran menjadi fasilitator yang membelajarkan siswa sampai menemukan sesuatu (scientific curiosity'). Selain itu guru harus bersikap demokratis serta menjadi profesional yang mandiri dan otonom. Peran guru seperti itu sejalan dengan era masyarakat madani (civil society).

Lebih jauh lagi akibat adanya sinergi dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta perubahan masyarakat yang lebih demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu tekanan atau pressure serta tuntutan atau demand terhadap profesionalisme guru dalam mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi tersebut. termasuk dalam hal pertanggungjawaban atau akuntabilitasnya. Sebagaimana profesi-profesi lain guru adalah profesi yang kompetitif. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Di masa depan dapat dipastikan bahwa profil kelayakan guru akan ditekankan kepada aspek-aspek kemampuan membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan atau merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan.


Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai gurujuga akan lebih dituntut aktualisasinya. misalnya kemampuannya dalam: 1) merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan, 2) mengelola kegiatan individu, 3) menggunakan multi metoda, dan memanfaatkan media, 4) berkomunikasi interaktif dengan baik, 5) memotivasi dan memberikan respons, 6) melibatkan siswa dalam aktivitas, 7) mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa, 8) melaksanakan dan mengelola pembelajaran, 9) menguasai materi pelajaran, 10) memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran, 11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) mampu melaksanakan penelitian, sebagai wujud masyarakat yang rasional dan ilmiah.

Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, memonitor kelas, mengadakan penilaian dan seterusnya, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat dewan guru, dan pada kegiatan KKG atau MGMP mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orangtua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesiflk guru harus dapat mengelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektifdan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa belajar dan meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting dikuasai oleh guru adalah keterampilan; 1) membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan, 2) menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran, 3) menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing, 4) memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detil, 5) memberikan latihan yang berkualitas, 6) mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya, 7) membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru, 8) memberikan balikan dan koreksi, dan 9) memonitor kemajuan siswa (Rosenshine & Stevens. 1986). Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru misalnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa.

Pendeknya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru sehingga secara kumulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal.

Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. maka guru sendiri harus mau membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik. Di samping itu kritik, pendapat dan berbagai harapan masyarakat juga harus menjadi perhatiannya. Oleh karena itu, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, sementara masyarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.

4. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme
Peningkatan profesionalisme tersebut pada akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para guru itu sendiri. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya?

Menurut hemat penulis guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan dengan teman kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru, terutama pada bidang keahlian kita masing-masing.

Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang lebih kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain seperti kembali berjuang melanjutkan studi di perguruan tinggi. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak mensertifikasi guru-guru kita ini, jika kelak di kemudian hari sudah menjadi sarjana pendidikan.

Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jaringan kerja guru bisa dimulai dengan skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses rekannya sehingga mereka dapat mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai. Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang lebih luas dengan menggunakan teknologi komunikasi dan mformasi, misalnya melalui korenspondensi dan mungkin melalui intemet untuk skala yang lebih luas. Apabila korespondensi atau penggunaan intemet ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di seluruh dunia. Pada dasarnya networking/ jaringan kerja ini dapat dibangun sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai. diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies).

Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya, pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait, agar benar-benar terwujud.

Semoga tulisan ini dapat menyentuh seluk beluk kehidupan dunia Oemar Bakri dan bisa menjadi ’’ kaca benggala ’’ setelah ditampilkan banyak solusi dan kiat praktis demi terciptanya guru yang profesional.

Perlu diyakini bahwa bapak ibu sebagai guru yang potensial dan profesional dimaksud, sampian semua punya harapan besar, tidak lagi hanya memiliki pangkat jenderal tetapi gaji kopral. Ke depan semakin tampak kesejahtraan guru-guru kita yang potensial dan profisional itu akan menikmati pangkat setingkat jenderal dengan gaji se gudang. Insya Allah

Selamat berjuang bapak ibu guru sukses menanti anda.
Terima kasih dan mohon maaf.
Daftar Pustaka
Anglin. G.J. (1995). Instructional technology. Past Present and Future. Englewood: Libraries Unlimited. Inc.
Houston. W.R. et al. (1988). Touch the Future Teach! St. paul: West Publishing Company.
Mimin Haryati (2007), Model dan Teknik Penilaian Pada KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.
Pannen. P.dkk. (1999) Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto. (2000). Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.


0 komentar:

 
©  free template by Blogspot tutorial