2008-06-30

POTENSI PERPUSTAKAAN DALAM MENGHADAPI KRISIS BUDAYA BACA

Oleh:
Wahyudi, 05130003
(Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan & Informasi Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

PENDAHULUAN
Tiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Melalui peingatan itu diharapkan masyarakat menjadi gemar membaca, khususnya anak-anak Sekolah Dasar (SD); sebab membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran. Sejak tahun 1995 sampai sekarang, media massa selalu memuat berita mengenai minat membaca masyarakat, terutama minat membaca anak-anak SD. Tulisan di surat kabar dan tayangan iklan layanan masyarakat di televisi pada intinya menyuarakan kepihatinan terhadap minat membaca anak-anak yang masih rendah. Padahal masalah minat membaca merupakan persoalan yang penting dalam dunia pendidikan. Anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya (Wigfield dan Guthrie, 1997). Membaca merupakan unsur penting dalam pendidikan, baik bersifat formal maupun nonformal. Kemampuan baca yang diperoleh di tingkat formal harus tetap dijaga, dan ditingkatkan esensinya melalui berbagai upaya yang melibatkan peranan keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Agar dapat dicapai hasil yang optimal maka upaya ini harus dilaksanakan secara serentak dan terpadu yang merupakan tanggung jawab kita bersama sehingga terwujud suatu masyarakat berbudaya baca seperti yang kita harapkan bersama

Dalam pasal 11 UU Sisdiknas secara tegas disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi”. Dan salah satu bentuk layanan serta kemudahan tersebut adalah layanan kepustakaan. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, posisi buku dan perpustakaan menjadi sangat strategis terutama dalam proses pendidikan nasional. Secara jelas dirumuskan, dalam UU No 20/2003 tentang sisdiknas, bahwa pendidikan diselenggarakan dengan. mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi setiap warga Negara.

Dalam hal ini buku dan perpustakaan menjadi sangat penting untuk melayani kebutuhan manusia dalam belajar dan membaca sebagai budaya bangsa.. Keberadaan perpustakaan sangat bermanfaat bagi pemikiran, tetapi kebanyakan selalu terbentur akusisi, penyimpangan dan penanganan dokumen dan berkas-berkas yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pada umumnya hambatan muncul dari pemakaian tekhnologi sebagai sarana untuk penyediaan layanan. Adanya perubahan pamakaian tehknologi sangat berpengaruh pada metode akusisi penyimpanan, pengiriman, serta prosedur penelusuran. Hal itu merupakan konsekuensi logis bagi pelayanan perpustakaan. Oleh karena itu, upaya perbaikan teknologi yang dilakukan terus menerus menjadi sangat penting untuk dilanjutkan.

Perpuatakaan sebagai gudang ilmu pengetahuan dan sumber-sumber informasi, sudah di sadari oleh semua kalangan, namun fungsi perpustakaan sebagai inspriting (mengamati) dan lighting (menerangi) mungkin belum optimal. Disamping itu juga peran perpustakaan bagi upaya mencerdaskan bangsa belum begitu terasa karena berbagai faktor, antara lain:

1. Pengelolaan(memakmurkan perpustakaan) masih dianggap bahwa itu adalah tanggung jawab pengelola, padahal banyak sector atau bidang lain yang sangat terkait dalam upaya mengoptimalkan peran perpustakaan sebagai salah satu sumber pembelajaran, sehingga kerjasama multi sektor untuk pengembangan pendidikan atau perpustakaan sangat dibutuhkan.

2. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru dianggap sangat cukup, sehingga siswa maupun masyarakat tidak begitu membutuhkan perpustakaan sebagai sumber informasi.

3. Negara belum mampu memberikan penghargaan bagi karya putra putri bangsa melalui penelitian, pencipta, peneliti yang sseharusnya dapat menikmati hasil karyanya secara pantas.

Perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi mempunyai akses strategis dalam mendukung kerberhasilan pendidikan dan pembelajaran masyarakat dalam upaya mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peran dan fungsi penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan sekaligus sebagai upaya peningkatan kualitaas Sumber Daya Manusia.

Agar dapat berperan baik bagi pengguna jasa, perpustakaan perlu melakukan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan, antara lain yang mencerminkan exsistensi dan keberadaan perpuastakaan adalah koleksi dan layanan. Ketersediaan koleksi dan layanan yang baik akan memberikan kesan kepuasan terhadap pengguna perpustakaan. Sehingga akan terbangun citra baik pula. Keberadaan perpustakaan akan sangat terkait dengan pemakai,. Untuk itu dalam pengelolaannya harus berorintasi pada kepuasan pemakai.

Buku dan bahan pustaka lainnya merupakan sarana penunjang yang sangat penting. Dalam proses pendidikan baik formal,. Nonformal maupun informal. Kegiatan belajar belajar mengajar tidak akan lepas dari tersedianya sarana penunjang tersebut. Seiring dengan perkembangan IPTEK, kebutuhan akan tersedianya berbagai informasi semakin banyak pula berbagai kebutuhan informasi tersebut diharapkan akan dapat kita peroleh dari perpustakaaan. Oleh karena itu koleksi perpustakaan perlu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Pemakainya agar dapat berfungsi efektif dalam mendukung keberhasilan pendidikan.

Dalam upaya meningkatkan minat baca sebagai proses pembelajaran, diikuti dengan Bulan Gemar membaca dan Hari Kunjungan Perpustakaan pada bulan September sebagai komponen dari dunia pendidikan, pustakawan menempati peran dan posisi strategi dalam upaya tersebut, karena berhadapan langsung dengan (masyarakat) pengguna yang ada di perpustakaan. Kehadiran pengguna jasa iuformasi di perpustakaan memang secara mutlak belum dapat dijadikan parameter tinggi rendahnya minat baca. Namun pustakawan justru berada pada titik terlemah dalam mata rantai pendidikan nasional dewasa ini. Pustakawan berada pada situasi ketidak berdayaan lingkungan sosialnya.

Dalam pencanangan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan di bulan September dan Hari Kunjungan Perpustakaan. Seberapa jauh kontribusi pustakawan dalam meningkatkan minat baca pada masyarakat pernbaca. Sebenarya Problema gemar membaca berhubungan dengan semangat belajar untuk menguasai ilmu dan teknologi. Rendahnya kegemaran membaca dikalangan pengguna jasa perpuskaan menjadi penyebab lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Karena kegemaran membaca mempunyai nilai tinggi, mengasah nurani, memperkaya wawasan maka kebiasaan membaca di kalangan pengguna jasa perpustakaan harus diusahakan agar ditingkatkan.

PENUTUP

Keberadaan perpustakaan telah ada sekitar 2500 tahun sebelum Masehi. Selama perjalanan sejarahnya muncul prinsip kepustakawanan bahwa perpustakaan diciptakan dan dipelihara oleh masyarakat. Perpustakaan memiliki berbagai fungsi namun karena diciptakan dan dipelihara masyarakat, maka peranan perpustakaan dalam menghadapi perubahan sosial budaya tidaklah signifikans. Peranan perpustakaan nampak pada anggota masyarakat, bukan seluruh masyarakat. Peranan tersebut dapat dilakukan melalui perpustakaan umum, walaupun untuk Indonesia masih menghadapi berbagai kendala seperti kuragnya fasilitas, hambatan informasi namun kendala itu dapat diatasi dengan bantuan masyarakat.

Kesadaran semua pihak termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah serta sektor lain untuk menjadikan perpustakaan sebagai sarana pengembanan diri merupakan kunci sukses perpustakaan sebagai media untuk mencerdaskan bangsa dan untuk mengurangi krisis minat baca bangsa ini.

0 komentar:

 
©  free template by Blogspot tutorial